Kamis, 19 Mei 2011

CARA PEMUDA MENGGAPAI PHAHALA SHOLAT JUM'AT

Al-Hamdulillah, segala
puji bagi Allah, Rabb
semesta alam. Shalawat
dan salam semoga
terlimpah kepada
makhluk terbaik dan
paling mulia, Muhammad
bin abdillah Shallallahu
'Alaihi Wasallam,
keluarga dan para
sahabatnya serta
umatnya yang cinta dan
mengikuti petunjuknya.
Fenomena yang miris
pada generasi muda
sekarang, mereka
kurang memperhatikan
urusan waktu. Khususnya
waktu-waktu mulia yang
disitimewakan Islam.
Padahal kesempatan
hidup itu tidak lama dan
umur ada batasnya.
Kegembiraan pasti pergi
walau kekayaan ada di
tangan. Sehat juga akan
berganti sakit. Muda
akan berubah tua.
Di antara waktu
istimewa yang kurang
diperhatikan para
pemuda kita adalah hari
Jum'at, di mana Allah
telah menunjuki umat
Muhammad dengannya
dan menyesatkan umat-
umat terdahulu darinya.
Pada hari itu-lah Nabi
Adam diciptakan, pada
hari itu pula ia
dimasukkan surga dan
dikeluarkan darinya,
serta pada hari itu akan
terjadi kiamat.
Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam
bersabda,
ﺎﻟﻭ ٍﺀﺎَﻤَﺳ ﺎﻟﻭ ٍﺏَّﺮَﻘُﻣ ٍﻚَﻠَﻣ ْﻦِﻣ ﺎﻣ
ٍﺮْﺤَﺑ ﺎﻟﻭ ٍﻝﺎَﺒِﺟ ﺎﻟﻭ ٍﺡﺎَﻳِﺭ ﺎﻟﻭ ٍﺽْﺭَﺃ
ِﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ ِﻡْﻮَﻳ ْﻦِﻣ َﻦْﻘِﻔْﺸُﻳ َّﻦُﻫَﻭ ﺎﻟﺇ
"Tidaklah ada dari
malaikat muqarrab
(didekatkan), langit,
bumi, angin, gunung, dan
tidak pula laut kecuali
mereka takut terhadap
hari Jum'at." (HR. Ibnu
Majah dan Ahmad.
Hadits ini dihasankan
oleh Syaikh Al-Albani)
Ka’ab al-Ahbar berkata:
“Tidaklah terbit
matahari pada hari
Jum’at kecuali daratan,
lautan, bebatuan, dan
seluruh mahluk ciptaan
Allah selain tsaqalain (jin
dan manusia) merasa
ketakutan akan
terbitnya.”(Riwayat
‘Abdur Razzaq dalam al-
Mushannaf 3/552)
Meskipun demikian, kita
saksikan masih banyak
pemuda yang
meremehkan dan
menyia-nyiakan waktu
pada hari itu. Karenanya,
kita wajib mengetahui
keagungan hari tersebut
sehingga bisa
menghormati dengan
semestinya. Di antara
keagungannya diuraikan
sebagai berikut:
Pertama: Keagungan
HJum'at
Banyak sekali hadits
yang menjelaskan
keagungan hari Jum'at.
Di antaranya yang
diriwayatkan dari Abu
Hurairah Radhiyallahu
'Anhu, Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda,
ُﻡْﻮَﻳ ُﺲْﻤَّﺸﻟﺍ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ْﺖَﻌَﻠَﻃ ٍﻡْﻮَﻳ ُﺮْﻴَﺧ
َﻞِﺧْﺩُﺃ ِﻪﻴِﻓَﻭ ُﻡَﺩﺁ َﻖِﻠُﺧ ِﻪﻴِﻓ ِﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ
ﺎﻬﻨﻣ َﺝِﺮْﺧُﺃ ِﻪﻴِﻓَﻭ َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ
"Hari terbaik yang
disinari matahari adalah
hari Jum'at. Pada hari itu
Nabi Adam diciptakan,
dimasukkan surga, dan
pada hri itu pula ia
dikeluarkan
darinya." (HR. Muslim)
Dari Aus bin Aus
Radhiyallahu 'Anhu,
Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam,
ِﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ َﻡْﻮَﻳ ْﻢُﻜِﻣﺎَّﻳَﺃ ِﻞَﻀْﻓَﺃ ْﻦِﻣ َّﻥِﺇ
ِﻪﻴِﻓَﻭ َﺾِﺒُﻗ ِﻪﻴِﻓَﻭ ُﻡَﺩﺁ َﻖِﻠُﺧ ِﻪﻴِﻓ
ﺍﻭﺮﺜﻛﺄﻓ ُﺔَﻘْﻌَّﺼﻟﺍ ِﻪﻴِﻓَﻭ ُﺔَﺨْﻔَّﻨﻟﺍ
ْﻢُﻜَﺗﺎَﻠَﺻ َّﻥِﺈَﻓ ِﻪﻴِﻓ ِﺓﺎَﻠَّﺼﻟﺍ ْﻦِﻣ َّﻲَﻠَﻋ
َّﻲَﻠَﻋ ٌﺔَﺿﻭُﺮْﻌَﻣ
"Sesungguhnya di antara
hari kalian yang paling
afdhal adalah hari
Jum'at. Pada hari itu
Adam diciptakan dan
diwafatkan, dan pada
hari itu juga ditiup
sangkakala dan akan
terjadi kematian seluruh
makhluk. Oleh karena itu
perbanyaklah shalawat
di hari Jum'at, karena
shalawat akan
disampaikan
kepadaku …." (HR. Abu
Dawud, Nasai, Ibnu
Majah, Ahmad, dan al
Hakim)
Kedua: Keutamaan Hari
Jum’at dan Bersegera
Menuju Shalat Jum’at
Karena siapa yang
mengetahui keutamaan
hari itu pasti ia akan
terdorong untuk
perhatian terhadapnya
dan serius
memanfaatkan
kesempatan yang agung
ini dengan melakukan
segala kebaikan dan
meninggalkan segala
kemungkaran. Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu
'Anhu, dari Nabi
Shallallahu 'Alaihi
Wasallam, beliau
bersabda:
ﻰﻟﺇ ُﺔَﻌْﻤُﺠْﻟﺍَﻭ ُﺲْﻤَﺨْﻟﺍ ُﺕﺍَﻮَﻠَّﺼﻟﺍ
ﻦﻬﻨﻴﺑ ﺎﻤﻟ ٌﺕﺍَﺭﺎَّﻔَﻛ ِﺔَﻌْﻤُﺠْﻟﺍ
"Shalat lima waktu dan
dari jum’at ke jum’at
berikutnya adalah
penghapus antara
keduanya (maksudnya
penghapus dosa).”(HR.
Muslim)
Dari Salman al-Farisi
Radhiyallahu 'Anhu,
Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam
bersabda,
ِﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ َﻡْﻮَﻳ ٌﻞُﺟَﺭ ُﻞِﺴَﺘْﻐَﻳ ﺎﻟ
ٍﺮْﻬُﻃ ْﻦِﻣ َﻉﺎَﻄَﺘْﺳﺍ ﺎﻣ ُﺮَّﻬَﻄَﺘَﻳَﻭ
ِﺐﻴِﻃ ْﻦِﻣ ُّﺲَﻤَﻳ ْﻭَﺃ ِﻪِﻨْﻫُﺩ ْﻦِﻣ ُﻦِﻫَّﺪَﻳَﻭ
َﻦْﻴَﺑ ُﻕِّﺮَﻔُﻳ ﺎﻠﻓ ُﺝُﺮْﺨَﻳ َّﻢُﺛ ِﻪِﺘْﻴَﺑ
َّﻢُﺛ ُﻪَﻟ َﺐِﺘُﻛ ﺎﻣ ﻲﻠﺼﻳ َّﻢُﺛ ِﻦْﻴَﻨْﺛﺍ
ُﻪَﻟ َﺮِﻔُﻏ ﺎﻟﺇ ُﻡﺎَﻣِﺈْﻟﺍ َﻢَّﻠَﻜَﺗ ﺍﺫﺇ ُﺖِﺼْﻨُﻳ
ﻯﺮﺧﺄﻟﺍ ِﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ َﻦْﻴَﺑَﻭ ُﻪَﻨْﻴَﺑ ﺎﻣ
”Tidaklah seseorang
mandi pada hari Jum’at,
membersihkan diri
semampunya, memakai
minyak rambut atau
memakai minyak wangi
kemudian keluar menuju
shalat jum’at dengan
tidak memisahkan
antara dua orang (di
tempat duduk mereka di
dalam masjid), lalu shalat
semampunya dan diam
ketika imam (khathib)
berbicara/berkhutbah
kecuali diampuni (dosa)
di antara jum’at itu
dengan jum’at yang
lainnya.” (HR. al-Bukhari)
Ketiga: Ancaman Bagi
yang Tidak Menghadiri
Shalat Jum’at
Dari al-Hakam bin
Miina', bahwa Abdullah
bin Umar dan Abu
Hurairah Radhiyallahu
'Anhum mengatakan
kepadanya bahwa
keduanya mendengar
Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam
bersabda saat berada di
atas mimbarnya:
ْﻢِﻬِﻋْﺩَﻭ ْﻦَﻋ ٌﻡﺍَﻮْﻗَﺃ َّﻦَﻴِﻬَﺘْﻨَﻴَﻟ
ﻰﻠﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ َّﻦَﻤِﺘْﺨَﻴَﻟ ْﻭَﺃ ِﺕﺎَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ
َﻦﻴِﻠِﻓﺎَﻐْﻟﺍ ْﻦِﻣ َّﻦُﻧﻮُﻜَﻴَﻟ َّﻢُﺛ ْﻢِﻬِﺑﻮُﻠُﻗ
"Hendaklah suatu kaum
menghentikan
perbuatannya
meninggalkan shalat
Jum’at atau (kalau tidak)
Allah akan mengunci
hati-hati mereka lalu
mereka benar-benar
menjadi orang-orang
yang lalai.” (HR. Muslim)
Imam al-Auzaa’i
rahimahullah berkata:
“Dahulu di tempat kami
di Beirut ada pemburu
yang keluar pada hari
Jum’at untuk berburu.
Tempat (shalat) Jum’at
tidak menghalanginya
dari perburuannya
(maksudnya dia tetap
berburu walaupun
datang waktu Jum’at dan
dia mendapatkan tempat
untuk shalat jum’at),
maka dia berburu pada
suatu hari lalu dia
ditenggelamkan ke
dalam bumi beserta
bighalnya, dan tidak
tersisa darinya kecuali
kedua telinganya dan
ekornya."
Beberapa Amalan yang
Dianjurkan Untuk
Mengisi Hari Jum’at
Setelah kita mengetahui
keagungan hari Jum’at
maka inilah beberapa
amalan untuk mengisi
hari tersebut:
1. Tidak bergadang pada
malam jum’at sampai
akhir malam, karena
akan menjadikan dia
terhalang dari bersegera
menuju shalat jum’at di
awal waktu pada pagi/
siang harinya.
2. Menetap di dalam
masjid setelah shalat
Shubuh untuk berdzikir
dan membaca Al-Quran.
3. Istirahat sejenak lalu
sarapan, mandi,
memakai minyak wangi,
bersiwak, memotong
kumis dan memakai
pakaian paling bersih,
sebagaimana hadits
Salman di atas.
Muhammad bin Ibrahim
at-Taimi rahimahullah
berkata:”Barang siapa
yang memotong
kukunya, memotong
kumisnya, dan
membersihkan giginya
pada hari jum’at, maka
dia telah
menyempurnakan
jum ’atnya." (Diriwayatka
n oleh Abdurrazzaq
dalam al-Mushannaf)
”Barang siapa yang
memotong kukunya,
memotong kumisnya,
dan membersihkan
giginya pada hari
jum’at, maka dia
telah
menyempurnakan
jum’atnya."
Muhammad bin
Ibrahim al-Taimy
4. Bergegas mendatangi
shalat Jum’at di awal
waktu dengan berjalan
kaki, tidak menaiki
kendaraan, supaya
mendapatkan pahala
yang besar.
Diriwayatkan dalam ash-
Shahihain dari Abu
Hurairah Radhiyallahu
'Anhu: "Barang siapa
yang mandi junub pada
hari jum’at lalu
berangkat menuju shalat
juma’at (paling awal),
maka dia seperti telah
berkurban unta, barang
siapa yang berangkat
pada waktu yang kedua,
maka dia seperti
berkurban sapi, barang
siapa yang berangkat
pada waktu yang ketiga,
maka dia seperti
berkurban domba
bertanduk, barang siapa
yang berangkat pada
waktu yang keempat,
maka seperti berkurban
ayam, dan barang siapa
yang berangkat pada
waktu yang kelima,
maka seperti berkurban
telor, dan apabila imam
(khathib) telah datang,
maka para Malikat
pencatat mendengarkan
khutbah.”
Anas bin Malik
Radhiyallahu 'Anhu
berkata:”Dahulu kami
shalat jum’at di awal
waktu dan tidur siang
setelah jum’at.”(HR. Al-
Bukhari)
5. Memanfaatkan
kesempatan duduknya di
masjid dengan sesuatu
yang sesuai dengan
hatinya dan kondisinya;
memperbanyak shalat
sunah, membaca surat
al-Kahfi, menghafal
beberapa ayat dari al-
Quran untuk mengisi hati
dan dadanya.
6. Apabila imam
(khathib) telah naik
mimbar maka diam dan
mendengarkan dengan
seksama khutbahnya,
supaya bisa mengambil
faidah dan memahami isi
materinya seolah-olah
dirinya akan ditanya
tentang materi khutbah
tersebut atau diperintah
untuk berbicara tentang
materi tersebut setelah
khutbah selesai. Maka
dengan cara seperti ini
dia akan
mengkonsentrasikan
fikirannya terhadap apa
yang disampaikan
khathib.
Anas bin Malik
Radhiyallahu 'Anhu
berkata:”Dahulu
kami shalat jum’at di
awal waktu dan tidur
siang setelah jum’at.
”(HR. Al-Bukhari)
7. Mengerjakan shalat
sunah setelah shalat
jum’at. Yaitu sebanyak 4
raka’at apabila di masjid.
Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu 'Anhu,
Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam
bersabda:
ِﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ َﺪْﻌَﺑ ﺎﻴﻠﺼﻣ ْﻢُﻜْﻨِﻣ َﻥﺎَﻛ ْﻦَﻣ
ﺎﻌﺑﺭﺃ ِّﻞَﺼُﻴْﻠَﻓ
"Siapa di antara kalian
yang shalat (sunah)
setelah jum’at maka
shalatlah 4raka’at.” (HR.
al-Tirmidzi)
Dan kalau
mengerjakannya di
rumah maka sebanyak 2
raka’at. Diriwayatkan
dalam ash-Shahihain,
bahwa Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi
Wasallam shalat dua
raka’at di rumahnya
(setelah shalat jum’at).
Setelah itu makan siang
dan istirahat,
sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh Imam
al-Bukhari dari Sahabat
Sahl bin Sa’d radhiyallahu
'anhu dia berkata:
"Tidaklah kami tidur
(siang) dan makan siang
kecuali setelah shalat
jum’at."
8. Setelah shalat ‘Ashar,
mungkin juga untuk
mengunjungi kerabat
dekat, atau membesuk
orang sakit, atau
mengulang pelajaran dan
aktivitas kebaikan yang
lain.
9. Menjelang waktu
Maghrib, berangkat
menuju masjid untuk
berdo’a dan berusaha
agar mendapatkan
waktu istijabah/
dikabulkannya doa.
Diriwayatkan dari Abu
Hurairah Radhiyallahu
'Anhu, Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda:
ﺎﻬﻘﻓﺍﻮﻳ ﺎﻟ ًﺔَﻋﺎَﺴَﻟ ِﺔَﻌُﻤُﺠْﻟﺍ ﻲﻓ َّﻥِﺇ
ﺍﺮﻴﺧ َﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝَﺄْﺴَﻳ ﻲﻠﺼﻳ ٌﻢِﺋﺎَﻗ ٌﻢِﻠْﺴُﻣ
ُﻩﺎَّﻳِﺇ ُﻩﺎَﻄْﻋَﺃ ﺎﻟﺇ
"Sesungguhnya pada hari
Jum'at itu terdapat satu
waktu yang tidaklah
seorang hamba muslim
berdiri berdoa memohon
kebaikan kepada Allah
bertepatan pada saat
itu, melainkan Dia akan
mengabulkannya." Lalu
beliau mengisyaratkan
dengan tangannya, yang
kami pahami, untuk
menunjukkan masanya
yang tidak lama (sangat
singkat)." (Muttafaq
'Alaih)
Para ulama berbeda
pendapat dalam
penentuan waktu
tersebut menjadi
beberapa pendapat dan
Ibnu Hajar rahimahullah
menyebutkan sekitar 40
pendapat mengenai hal
ini dalam kitab Fathul
Bari, akan tetapi yang
shahih –Wallahu A’lam-
adalah pendapat yang
menyatakan bahwa
waktu tersebut adalah
akhir waktu setelah
shalat ‘Ashar. Maka
sudah sepantasnya
seorang muslim yang
menyadari akan
kebutuhan dan
ketergantungannya
kepada Allah untuk
memanfaatkan
kesempatan ini dengan
berdoa, meminta untuk
dirinya sendiri hidayah
dan ketetapan diatas
agama ini, dan berdoa
untuk saudaranya kaum
muslimin di penjuru
timur dan barat.
Pendapat yang
shahih –Wallahu
A’lam- adalah
pendapat yang
menyatakan bahwa
waktu mustajab
tersebut adalah
akhir waktu setelah
shalat ‘Ashar.
10. Sesudah shalat
Maghrib membaca dzikir
sore hari kemudian
melaksanakan shalat
sunnah ba'diyah.
11. Setelah shalat
maghrib dia bisa
sempatkan duduk
bersama keluarganya di
rumah, berbincang-
bincang bersama
mereka, menyampaikan
nasihat atau dia bisa
mengulang-ulang
pelajaran sekolahnya.
Hendaklah ketika
mengulang-ulang
pelajaran dia mengingat
bahwasanya dia sedang
menuntut ilmu, dan
menuntut ilmu adalah
ibadah yang agung, yang
seseoarang akan
diberikan pahala
karenanya. Wallahu
Ta'ala A'lam
Diterjemahkan dengan
ringkas dan sedikit
perubahan oleh Badrul
Tamam, dari ”Kaifa
Yastafiidu asy-Syabab
Min Yaumil Jum’ah”
tulisan Muhammad
Abdullah al-Habdan.
Tulisan Terkait:
1. Ibadah-ibadah yang
Dianjurkan di Hari Jum'at
2. Memburu Do'a
Musjatab di Hari Jum'at
3. Perbanyaklah
Shalawat Pada Hari
Jum'at !!
4. Ada Apa di Hari
Jum'at?
5. Beberapa Kesalahan

Ibadah di Hari Jum'at

Tidak ada komentar:

Posting Komentar